Senin, 03 Maret 2014

Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya Vs Miskin

Ada perbedaan antara pola pikir antara orang kaya dan orang biasa mau tahu apa aja itu ?

Orang kaya dan orang biasa memang berbeda sangat banyak perbedaanya mulai dari gaya hidupnya sampai cara berikirnyapun berbeda. Nah berikut ini ada beberapa perbedaan antara pola pikir orang kaya dan orang biasa kamu mau tahu apa aja perbedaanya simak 5 Perbedaan Pola Pikir Antara Orang Kaya Dan Orang Biasa seperti dikutip dari situs detik.com berikut ini.

1. Orang Biasa Berpikir Soal Menabung, Orang Kaya Berpikir Meningkatkan Pendapatan

orang kaya

“Orang biasa berpikir menabung agar uangnya melimpah, tapi terus merasa kekurangan uang,” ujar Siebold. Jika anda mempunyai pendapatan Rp 200 juta per tahun dan menabung 10% dari pendapatan anda. Maka anda akan mendapatkan 20 juta di akhir tahun. Ini bukanlah cara untuk memperkaya diri, dan anda tidak akan kaya dengan cara ini.

Siebold mengatakan, orang-orang terkaya di dunia menabung juga, tapi pikiran mereka yang utama adalah untuk meningkatkan pendapatan, sehingga jumlah uang yang bisa anda tabung lebih banyak.


2. Orang Biasa Menganggap Berwirausaha Sebagai Risiko, Orang Kaya Berwirausaha Untuk Jadi Kaya

“Sebagian besar orang berpikir soal uang dengan cara yang biasa, misalkan, bila saya bisa mendapatkan sekian rupiah per jam, maka saya akan mendapatkan lebih banyak lagi dengan bekerja lebih lama,” ujar Siebold. Bahkan ada orang yang berpikir, jika ingin kaya harus mendapatkan gelar MBA. Para orang-orang terkaya di dunia justru berpikir, cara menjadi kaya adalah dengan memberi jalan keluar bagi orang banyak dengan memberikan ide. Dari ide-ide tersebut maka dia akan memperoleh uang.

Namun banyak orang berpikir, daripada menjadi gila karena memikirkan ide-ide segar dan belum tentu mendapatkan uang, maka mereka memilih menjadi pegawai dan menganggap berwirausaha adalah risiko.

3. Orang Biasa Melihat Uang Secara Emosional, Orang Kaya Melihat Uang dengan Logika

Ada perbedaan mendasar dari cara pandang orang biasa dan orang terkaya dunia melihat uang. Sieblod mengatakan, orang biasa dan bahkan yang berpendidikan sekalipun, sangat perhitungan menggunakan uangnya.
Namun orang-orang terkaya tidak khawatir kehilangan uangnya, karena mereka menggunakan uangnya untuk memperbesar pendapatannya di kemudian hari. Seperti untuk berinvestasi tanpa memikirkan risikonya.

4. Beda Cara Mencapai Target Antara Orang Biasa dengan Orang Kaya

Siebold mengatakan, orang-orang biasa dan kelas menengah tidak memiliki keinginan kuat untuk mencapai targetnya. Tapi orang-orang terkaya dunia sangat fokus dengan uang dan bisnis mereka. Bagi para orang-orang terkaya dunia, target harus dicapai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan, bagi mereka taruhannya capai target atau mati!
Karena itulah, orang-orang kaya ini bisa memperoleh impian dan targetnya dengan cepat dan uangnya terus bertambah.

5. Orang Kaya Tidak Dikendalikan Oleh Keinginan

Donald Trump dan Richard Branson yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia sering berkeliling dunia dengan jet pribadinya. Sementara orang-orang biasa berpergian dengan mobil dan tinggal di rumah sederhananya.
“Orang-orang kaya ini terus bertambah kekayaannya tiap hari. Saya melihat Naomi Judd (salah satu artis kaya) di TV, dan dia mengatakan alasannya dia bisa kaya adalah karena dia tidak pernah menghamburkan uangnya. Dia tidak mempunyai desainer pribadi dan perhiasan mahal. Inilah tipikal orang-orang kaya di dunia. Mereka tidak mewah,” kata Siebold.

Pernyataan-pernyataan seperti ini telah didapatkan Siebold dari sejumlah orang-orang terkaya yang dia wawancarai. “Jika anda kaya, maka anda bebas dan tidak diperbudaki oleh orang lain. Kemerdekaan ekonomi adalah salah satu faktor utama kesuksesan. Ini mengantar orang untuk memupuk kekayaannya,” jelas Siebold. Nah itulah beberapa perbedaan antara pola pikir orang yang kaya dan orang biasa.

Senin, 19 Agustus 2013

Gadget Canggih Bukan Jaminan Tidak "Gaptek"



“Ibu itu keren ya, ponselnya selalu yang terbaru, smartphone. Ke mana-mana juga sering bawa iPad. Pokoknya ngga gaptek, deh,” demikian komentar seseorang atas teman wanitanya.

Gaptek alias gagap teknologi, kerap menjadi julukan bagi mereka yang kurang mengikuti perkembangan teknologi. Namun, apa sesungguhnya definisi dari melek teknologi? Apakah mereka yang selalu memiliki gadget terkini saja sudah cukup mewakili definisi “melek teknologi”?

“Ah, mama payah, ngga beliin aku iPhone. Kan nanti aku malu, dikatain gaptek sama teman-teman.” Rengekan seperti ini kerap jadi senjata ampuh anak pra remaja saat meminta dibelikan gadget canggih ke orang tuanya. Bagi orang tua yang salah kaprah mengartikan kata “gaptek”, akan dengan mudah membelikan anak gadget idamannya. Lalu menganggap masalah sudah selesai.

Padahal, mereka yang asal beli gadget, asal memakai teknologi, tanpa memahami dampaknya, justru masuk dalam kategori gaptek. Setidaknya ini menurut saya. Mengapa?

Seorang anak yang diberi gadget, dengan akses internet begitu tak terbatas, aneka aplikasi penuh godaan, tanpa dibekali pengetahuan tentang bagaimana menggunakannya dengan tepat, akan menjadi korban teknologi itu sendiri. Sebab dia gaptek, dan terlahir dari orang tua gaptek juga. Banyak orang tua yang merasa hebat dan melek teknologi, jika sudah memiliki aneka gadget canggih nan mahal. Mereka juga membelikan gadget-gadget itu ke anak-anaknya, tanpa pandang usia dan kebutuhan.  Kemudian mengaggap semua sudah beres, dan kembali asyik dengan dunianya.

“Anak masa kini kan pintar, sudah bisa langsung belajar teknologi. Anak saya yang masih TK saja sudah langsung jago main Android, lho,” celetukan bangga seorang ayah macam ini sering kita dengar. Ia tak paham bahwa “bermain” teknologi pun ada aturannya. Apalagi buat anak-anak.

Godaan gadget canggih bukan hanya melanda orang dewasa, tapi juga remaja dan anak-anak. Pernah dengar berita tentang seorang remaja asal China yang rela menjual ginjalnya demi memiliki iPad? Atau tentang remaja putri asal Jakarta yang tertipu teman Facebook akibat diiming-imingi BlackBerry? Atau kasus remaja yang mencuri uang orang tua demi bisa punya ponsel canggih? Semua membuat mereka nekad. Hanya karena tak ingin dicap gaptek atau ketinggalan zaman, segala cara dilakukan.

Kembali ke soal definisi gaptek. Jika gaptek diasosiasikan dengan ketinggalan zaman akibat tak punya gadget canggih, alangkah naifnya. Sebab mereka yang punya beragam gadget canggih sekalipun, kerap kali bersikap gagap. Tidak tahu bagaimana mengontrol diri agar tak kecanduan internet, tidak paham bagaimana mencegah gadget-nya terinfeksi virus, tidak bisa membedakan mana aplikasi yang penting atau justru jadi penyebar spam. 

Biasanya mereka akan belajar, namun dalam waktu lama. Setelah beberapa kali jadi korban penipuan, penyusupan spam, jadi target pesan-pesan berisi virus, atau bahkan pembobolan kartu kredit.

Tentu Anda tak ingin menjadi bagian dari orang-orang gaptek macam ini, bukan? Punya segudang gadget canggih, selalu update aplikasi terbaru, namun hanya menjadi target virus, spam, penipuan, pencurian, dan seterusnya. Lebih parah lagi apabila targetnya adalah anak-anak Anda yang masih sangat polos dan apa adanya.

Bagi para pengguna tablet, smartphone, ultrabook, atau apapun gadget canggih lainnya, sudahkah Anda membekali diri dengan wawasan bagaimana menggunakan semua gadget itu dengan tepat? Bukan asal instal aplikasi terbaru, yang ternyata mengandung virus. Atau bukan asal ikut mengklik link yang dikirim melalui DM Twitter, padahal itu membuat Anda terinfeksi Trojan. Atau tidak asal membelikan anak-anak gadget canggih, tanpa memberi bekal cukup soal keamanan dan privasi mereka.

Mitos Seputar Hadiah Pemberian Saat Berpacaran

Mitos ini sudah ada turun-temurun Ada yang percaya, ada juga yang menertawakan.. Tapi apapun maknanya, mitos ini bertujuan agar hubungan terhindar dari mara bahaya dan langgeng selamanya.
Tepat dua hari yang lalu, seorang teman saya tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan singkat yang isinya cukup membuat saya terkekeh walaupun dalam hati agak miris juga membacanya. Inti dari pesan tersebut, dia mempertanyakan pendapat saya mengenai kebenaran mitos seputar hadiah pemberian saat berpacaran. Kenapa? Karena dia baru saja diputusi pacarnya dua minggu setelah dia memberikan sepasang sepatu. Dia mendengar sebuah mitos yang berbunyi pantang memberikan sepatu kepada pasangan karena itu perlambang ia akan melangkah meninggalkan kekasihnya. Hmmm...

Ah, aneh memang. Tapi memang kita toh tetap tidak bisa meninggalkan adat budaya bangsa sendiri yang terkadang masih kental dengan paham permitosan. Saya pribadi pun tidak serta-merta mempercayainya, tapi sebagai manusia biasa, wajar rasanya jika berusaha melakukan apa pun untuk menjaga kelanggengan hubungan. Menjaga dalam hal ini tentu saja dengan mengantisipasi segala kemungkinan buruk, termasuk mitos-mitos saat berpacaran. Bukannya naif, tapi hal-hal seperti ini memang kontras dengan logika. Tambahan pula, mitos ini pun sudah merambat bak tanaman sulur sejak orang tua masih berpacaran dulu.

"Ah, gue sih ngga peduli mau pamali atau apa gitu. Ya namanya ngasih, pasti rezeki juga buat pacar kita kan? Gue berusaha rasional aja, mana ada rezeki yang datengin masalah.. Hahaha."

-Randra, 25 tahun, Account Executive-
Itu kata teman sekantor saya. Masuk akal juga memang. Tapi lantas ada yang bersuara mengenai kata “pamali” yang seolah menjadi urban legend di tengah masyarakat. Mendengar kata pamali, pasti terlintas wajah kakek nenek kita yang tidak pernah bosan mengingatkan anak cucunya. Tidak boleh tidur di depan pintu, tidak boleh menyapu malam hari, dan lain sebagainya. Jika ditilik dengan logika, rupanya petuah pamali tersebut ada benarnya. Tidak boleh tidur depan pintu? Jelas saja, pasti masuk angin. Lantas bagaimana dengan mitos-mitos saat berpacaran, terutama yang menyangkut dengan hadiah pemberian?

Saya pun tidak tinggal diam dan mencoba membuka topik ini saat mengobrol dengan teman-teman dekat. Rupanya, ada yang pernah mengalami ada juga yang tidak. Ada yang tahu tapi tetap melakukan, ada yang tidak tahu jadi santai-santai saja. Dari sekian banyak pendapat yang berhasil saya himpun, rupanya memang ada beberapa mitos seputar hadiah pemberian saat berpacaran yang sudah menjadi rahasia umum. Selain itu, ada juga beberapa mitos yang diturunkan dari kakek nenek dengan tujuan menjaga keharmonisan hubungan berpacaran.

Handkerchief, close to sadness

Mitos ini jarang saya dengar, tapi Ibu saya yang pernah menceritakannya dan rupanya beberapa teman pun tahu tentang mitos ini. Kata beliau, pantang bagi seorang wanita untuk memberikan sapu tangan kepada pasangannya, terutama yang belum menikah. Saya pun mencari konfirmasi kepada beberapa teman mengenai mitos ini. Rupanya ada pencerahan, dan teman-teman saya itu juga mendapat petuah yang sama dari orang tuanya. Apa makna di balik mitos ini? Sapu tangan dianggap dekat dengan kesedihan dan orang pasti mengelap air mata dengan sapu tangan. Oleh karena itu, jika seseorang diberi sapu tangan oleh pacarnya, bisa jadi kesedihan akan merundungi pasangan tersebut. Bisa jadi putus, bertengkar hebat, nobody knows..

When you give the perfume, ask for coins

Nah, ini adalah mitos paling populer sepertinya hingga sekarang. Bahkan, sahabat saya sendiri pun pernah mengalaminya. Mitos ini bercerita jika seseorang memberikan parfum kepada pacarnya, maka ia harus mendapat atau diberi koin sebagai penolak bala. Jika lupa, maka kemungkinan terbesarnya Anda akan putus dalam waktu dekat. Sampai sekarang pun saya masih belum menemukan korelasi antara parfum dengan koin. Tapi kemungkinan terbesarnya, mitos ini terjadi karena sugesti. Apapun mitosnya, mungkin tidak ada salahnya mencoba untuk memberi sekeping koin saat pacar memberikan sebotol parfum. Namun buat saya pribadi, selama pemberian dari pacar itu dilandasi rasa cinta dan tulus, sepertinya hal buruk apa pun tidak akan menghampiri. Just, be positive!

No shoes, or she would leave.

Menurut saya ini juga salah satu mitos yang sepertinya jauh dari akal sehat. Pada mitos ini, terdapat petuah supaya jangan memberikan sepatu pada pasangan atau ia akan pergi meninggalkan Anda. Hmm, terdengar aneh bukan? Makna dari mitos ini kira-kira menggambarkan sepatu sebagai alas kaki yang digunakan untuk berjalan. Lantas, jika seseorang memberikan sepatu pada kekasihnya, bisa jadi sang pacar akan berjalan pergi meninggalkannya.
"Ngasih sepatu terus ditinggalin? Ah, yang bener aja. Menurut gue sih ini bukan soal mitos. Kalo gue bilang jangan-jangan cewenya aja kali yang matre, sepatunya ngga yang kayak dia mau, ya ditinggalin lah!"
-Yoga, 27 tahun, Arsitek-
Ah, terdengar begitu rumit dan tidak masuk akal. Tapi memang beberapa orang mempercayai mitos ini dan memilih untuk memberikan hadiah lain yang lebih "aman" pada pasangannya. Tiba-tiba pikiran saya mencoba sok rasional, bisa jadi urusan sepatu ini masalah ukuran kaki dan kenyamanan saat memakai sepasang sepatu. Saat memberikan sepatu dan nomernya salah, bisa jadi pacar Anda dan kecewa menganggap usaha Anda tidak maksimal karena kurang memahami dirinya. Entahlah, terlalu complicated dan tidak masuk akal sepertinya..

Always give colorful flowers

Anda pria romantis yang masih menerapkan gaya berpacaran dengan memberi buket bunga? Mitos yang saya dengar dari nenek saya ini mungkin bisa jadi bahan pertimbangan. Mitos yang dipahami zaman dulu, pantang untuk memberikan bunga warna putih kepada pasangan. Apa alasannya? Bunga warna putih dianggap sebagai lambang kematian. Ya, di sini bunga warna putih yang dimaksud melingkupi jenis apapun; mawar, lily, apalagi melati. Memberi bunga berwarna putih kepada pacar, bisa jadi sama saja dengan ungkapan duka cita padahal sebenarnya untuk menunjukkan rasa sayang. Hmmm, ada-ada saja. Tapi untuk mitos yang satu ini nampaknya sudah tidak populer di era sekarang. Untunglah...

Jumat, 16 Agustus 2013

Beda Kucing Persia Kucing Anggora

Hai para penggila Kucing Khususnya para penggemar kucing Persia dan kucing Anggora. Sekilas memang kedua Kucing ini terlihat sama apalagi pada bagian ekor. hmmm....  tapi kalo kita lihat lebih detail pasti kita akan menemukan perbedaan yang cukup signifikan (Cieeh bahasanya) hehe.
Okelah kalo begitu kita langsung ulas perbedaan pada kedua kucing ini.

Ciri-ciri kucing Persia


kucing persia tasik

kucing persia tasik

kucing persia tasik

1. Berdasarkan variasi warna bulu, kucing persia terbagi menjadi 7 kelompok yaitu : solid color, silver and golden division, shaded and smoke division, tabby division, particolor division, bicolor division dan himalayan division.
2. Kepala kucing persia besar dan bulat, hidungnya pesek dan lebar dengan celah pembatas yang jelas dengan mata.
3. Rahangnya kuat dan lebar dengan pipi ditopang tulang pipi yang menonjol.
4. Kalau dilihat dari samping, bagian dahi hidung dan dagu berbentuk garis tegak lurus.
5. Telinga kucing persia berujung bulat dengan bagian dasar melebar. Telinga tadi juga tidak terlalu tinggi dan miring kedepan.
6. Matanya yang membuka berbentuk bulat dan lebar.
7. Warna mata biasanya berhubungan dengan warna bulu.
8. Dadanya lebar dan membulat dengan bagian punggung sedikit membulat.
9. Ukuran dan posisi perut bagian belakang membulat dan olebih rendah.
10. Kakinya pendek, tebal dan kuat karena ditopang tulang yang berukuran besar.
11. Kaki depan dan kaki belakang lurus bila dilihat dari belakang.
12. Cakarnya besar, bulat dan kokoh.
13. Ada lima jari dikaki depan dan empat jari di kaki belakang.
14. Bulu-bulunya yang panjang dan tebal mengkilap, menutupi seluruh badannya.
15. Ekornya berbulu tebal, lurus dan panjang sesuai proporsi badannya.


 Ciri-ciri kucing Anggora 
kucing persia tasik

kucing persia tasik
1. Kucing angora berhidung mancung dan nampak manis.
2. Kucing angora dikenal sebagai kucing yang cerdas karena memiliki sifat keingin tahuan.
3. Mempunyai ukuran badan sedang dengan tubuh relatif besar, panjang dan langsing.
4. Kaki dan ekornya panjang.
5. Ekornya berbulu tebal dan mengembang seperti ekor musang.
6. Keseluruhan kepala berbentuk seperti segitiga, dengan telinga lebar danmenunjuk.
7. Matanya besar berbentuk kacang almond.
8. Warna bulunya bermacam-macam seperti : putih, hitam, coklat, tricolor/blangtelon [putih, hitam, kuning kecoklatan], kuning, kemerahan dan lainnya


nah itulah perbedaan antara Kucing Persia dan Kucing Anggora
Sekian dari yang Ngetik Semoga Bermanfaat dan Lebih teliti hehehe wasalam

Senin, 08 Juli 2013

Rabu, 22 Juni 2011

Cat and Mouse Game

Cat and Mouse Game

While ambling down the boulevards of downtown KL last Sunday, I spotted a Malay pak cik with two mice on strings. He was tugging and releasing the strings like one would with a yoyo and the mice were scampering around with tails swishing left and right. I stopped and watched.


The pak cik said he made the mice himself. On closer inspection, I could see that he spoke the truth. Nevertheless, I knew my kitties would enjoy a game of cat-and-mouse. A few minutes later, RM5 and a mouse changed hands.

Yin picked up the mouse by its tail and ran off with it. I wish I had managed to capture it before she dropped it. She was too fast for me. Blackie was not interested in running off with the mouse. He only wanted to tug and chew on the tail. A toilet brush in a different form???

Senin, 20 Juni 2011

Restoran E Soo Yong Tou Foo @ Kepong

Last Saturday evening after we bought a pair of tickets to "Super 8" at MBO, Tesco Kepong, we could not decide where to have dinner before the movie began. The food there were not particularly good and Blockhouse, the restaurant serving Western cuisine across the road was one of the worst we'd ever had. Very amateurish.

Undecided, we walked up and down the road a couple of times and finally decided to join the crowd at Restoran E Soo Yong Tou Foo. Given a choice, yong tau foo is not something I'd choose but I have to say that E Soo served a rather fresh and large yong tau foo pieces.

Restoran E Soo Yong Tou Foo @ Kepong


We ate a few pieces before I remembered to take a picture. The fried aubergines were not overdone nor soggy soft. They tasted like they had just been freshly fried to order. None of the pre-fried and then heated up again taste. The fried dumplings were not bad either. The proprietors were generous with the filling.



I dug out the fish paste, gave it to hubby and ate only the emptied-out bittercurd and okra. I don't like fish paste, and that's the reason why I don't like yong tau foo. If only they would serve yong tau foo without the fish paste filling, a la vegetarian!!

We ate a few pieces before I remembered to take a picture. The fried aubergines were not overdone nor soggy soft. They tasted like they had just been freshly fried to order. None of the pre-fried and then heated up again taste. The fried dumplings were not bad either. The proprietors were generous with the filling.



Ah, assam vegetable. That's the highlight of the dinner where I was concerned. It was not too sour, the way I liked it. I added so much of the gravy onto my rice that it was literally swimming in the gravy. Very appetizing.


The bill came to RM20.50 for two. The yong tau foo was RM1.10 per piece while the assam vegetable was RM5. We had water instead of tea as I've found that drinking tea after 5pm didn't help my insomnia. It only made it worse.


Address:
Restoran E Soo
No. 55 Jalan 9/62A
Bandar Sri Manjalara
52200 Kuala Lumpur
Tel: 012 - 308 0727