Mitos ini sudah ada turun-temurun Ada yang percaya, ada juga yang menertawakan.. Tapi apapun maknanya, mitos ini bertujuan agar hubungan terhindar dari mara bahaya dan langgeng selamanya.
Tepat dua hari yang lalu, seorang teman saya tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan singkat yang isinya cukup membuat saya terkekeh walaupun dalam hati agak miris juga membacanya. Inti dari pesan tersebut, dia mempertanyakan pendapat saya mengenai kebenaran mitos seputar hadiah pemberian saat berpacaran. Kenapa? Karena dia baru saja diputusi pacarnya dua minggu setelah dia memberikan sepasang sepatu. Dia mendengar sebuah mitos yang berbunyi pantang memberikan sepatu kepada pasangan karena itu perlambang ia akan melangkah meninggalkan kekasihnya. Hmmm...
Ah, aneh memang. Tapi memang kita toh tetap tidak bisa meninggalkan adat budaya bangsa sendiri yang terkadang masih kental dengan paham permitosan. Saya pribadi pun tidak serta-merta mempercayainya, tapi sebagai manusia biasa, wajar rasanya jika berusaha melakukan apa pun untuk menjaga kelanggengan hubungan. Menjaga dalam hal ini tentu saja dengan mengantisipasi segala kemungkinan buruk, termasuk mitos-mitos saat berpacaran. Bukannya naif, tapi hal-hal seperti ini memang kontras dengan logika. Tambahan pula, mitos ini pun sudah merambat bak tanaman sulur sejak orang tua masih berpacaran dulu.
"Ah, gue sih ngga peduli mau pamali atau apa gitu. Ya namanya ngasih, pasti rezeki juga buat pacar kita kan? Gue berusaha rasional aja, mana ada rezeki yang datengin masalah.. Hahaha."
-Randra, 25 tahun, Account Executive-
Itu kata teman sekantor saya. Masuk akal juga memang. Tapi lantas ada yang bersuara mengenai kata “pamali” yang seolah menjadi urban legend di tengah masyarakat. Mendengar kata pamali, pasti terlintas wajah kakek nenek kita yang tidak pernah bosan mengingatkan anak cucunya. Tidak boleh tidur di depan pintu, tidak boleh menyapu malam hari, dan lain sebagainya. Jika ditilik dengan logika, rupanya petuah pamali tersebut ada benarnya. Tidak boleh tidur depan pintu? Jelas saja, pasti masuk angin. Lantas bagaimana dengan mitos-mitos saat berpacaran, terutama yang menyangkut dengan hadiah pemberian?
Saya pun tidak tinggal diam dan mencoba membuka topik ini saat mengobrol dengan teman-teman dekat. Rupanya, ada yang pernah mengalami ada juga yang tidak. Ada yang tahu tapi tetap melakukan, ada yang tidak tahu jadi santai-santai saja. Dari sekian banyak pendapat yang berhasil saya himpun, rupanya memang ada beberapa mitos seputar hadiah pemberian saat berpacaran yang sudah menjadi rahasia umum. Selain itu, ada juga beberapa mitos yang diturunkan dari kakek nenek dengan tujuan menjaga keharmonisan hubungan berpacaran.
Handkerchief, close to sadness
Mitos ini jarang saya dengar, tapi Ibu saya yang pernah menceritakannya dan rupanya beberapa teman pun tahu tentang mitos ini. Kata beliau, pantang bagi seorang wanita untuk memberikan sapu tangan kepada pasangannya, terutama yang belum menikah. Saya pun mencari konfirmasi kepada beberapa teman mengenai mitos ini. Rupanya ada pencerahan, dan teman-teman saya itu juga mendapat petuah yang sama dari orang tuanya. Apa makna di balik mitos ini? Sapu tangan dianggap dekat dengan kesedihan dan orang pasti mengelap air mata dengan sapu tangan. Oleh karena itu, jika seseorang diberi sapu tangan oleh pacarnya, bisa jadi kesedihan akan merundungi pasangan tersebut. Bisa jadi putus, bertengkar hebat, nobody knows..
When you give the perfume, ask for coins
Nah, ini adalah mitos paling populer sepertinya hingga sekarang. Bahkan, sahabat saya sendiri pun pernah mengalaminya. Mitos ini bercerita jika seseorang memberikan parfum kepada pacarnya, maka ia harus mendapat atau diberi koin sebagai penolak bala. Jika lupa, maka kemungkinan terbesarnya Anda akan putus dalam waktu dekat. Sampai sekarang pun saya masih belum menemukan korelasi antara parfum dengan koin. Tapi kemungkinan terbesarnya, mitos ini terjadi karena sugesti. Apapun mitosnya, mungkin tidak ada salahnya mencoba untuk memberi sekeping koin saat pacar memberikan sebotol parfum. Namun buat saya pribadi, selama pemberian dari pacar itu dilandasi rasa cinta dan tulus, sepertinya hal buruk apa pun tidak akan menghampiri. Just, be positive!
No shoes, or she would leave.
Menurut saya ini juga salah satu mitos yang sepertinya jauh dari akal sehat. Pada mitos ini, terdapat petuah supaya jangan memberikan sepatu pada pasangan atau ia akan pergi meninggalkan Anda. Hmm, terdengar aneh bukan? Makna dari mitos ini kira-kira menggambarkan sepatu sebagai alas kaki yang digunakan untuk berjalan. Lantas, jika seseorang memberikan sepatu pada kekasihnya, bisa jadi sang pacar akan berjalan pergi meninggalkannya.
"Ngasih sepatu terus ditinggalin? Ah, yang bener aja. Menurut gue sih ini bukan soal mitos. Kalo gue bilang jangan-jangan cewenya aja kali yang matre, sepatunya ngga yang kayak dia mau, ya ditinggalin lah!"
-Yoga, 27 tahun, Arsitek-
Ah, terdengar begitu rumit dan tidak masuk akal. Tapi memang beberapa orang mempercayai mitos ini dan memilih untuk memberikan hadiah lain yang lebih "aman" pada pasangannya. Tiba-tiba pikiran saya mencoba sok rasional, bisa jadi urusan sepatu ini masalah ukuran kaki dan kenyamanan saat memakai sepasang sepatu. Saat memberikan sepatu dan nomernya salah, bisa jadi pacar Anda dan kecewa menganggap usaha Anda tidak maksimal karena kurang memahami dirinya. Entahlah, terlalu complicated dan tidak masuk akal sepertinya..
Always give colorful flowers
Anda pria romantis yang masih menerapkan gaya berpacaran dengan memberi buket bunga? Mitos yang saya dengar dari nenek saya ini mungkin bisa jadi bahan pertimbangan. Mitos yang dipahami zaman dulu, pantang untuk memberikan bunga warna putih kepada pasangan. Apa alasannya? Bunga warna putih dianggap sebagai lambang kematian. Ya, di sini bunga warna putih yang dimaksud melingkupi jenis apapun; mawar, lily, apalagi melati. Memberi bunga berwarna putih kepada pacar, bisa jadi sama saja dengan ungkapan duka cita padahal sebenarnya untuk menunjukkan rasa sayang. Hmmm, ada-ada saja. Tapi untuk mitos yang satu ini nampaknya sudah tidak populer di era sekarang. Untunglah...
0 komentar:
Posting Komentar